Kisah Sukses Bill Gates
Bill Gates, 2004
International Consumer Electronics Show Keynote
William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur sebelas tahun, orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School, sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.
Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih pasaran. Pada pokoknya ini sebuah mesin ketik yang kedalamnya siswa bisa memasukkan perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat menguasai BASIC, bahasa pemograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu ber-jam-jam menulis program, melakukan permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. “Dia adalah seorang ‘nerd’ (eksentrik),” sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.
Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita di Popular Electronics mengenai “era komputer di rumah-rumah” dan mereka berdua yakin software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft. Komunikasi yang sederhana: Paul dan Gates membicarakan coke dan pizza. Tidak ada orang yang memperhatikan sungguh-sungguh pendapat kami. Semuanya berubah dalam dua dekade terakhir.
Gates masih tetap menyukai junk food, tetapi ia juga menghabiskan waktu dua jam sehari membaca dan menjawab electronic mail yang dikirim 15.000 karyawan Microsoft.
Selain itu banyak sekali email dari dari luar Microsoft.
Pertanyaan beragam, mulai dari bagaimana pengalaman orang berkeluarga (menyenangkan!), film apa yang saya sukai (Schindler’s List dan Shadowlands), sampai pertanyaan rumit yang harus membuka dulu buku untuk bisa menjawabnya (dan kebetulan saja juga menulis buku!).
Persoalannya, Gates menghabiskan waktu sepanjang hari menjawab email dan berceramah atau mengelola perusahaanya.
Gates mencoba menjalankan keduanya, tetapi ia tidak berkesempatan banyak berkomunikasi dengan kelompok yang beragam dan banyak sekali email yang tidak sempat dijawab.
Gates senang sekali menulis karena melalui tulisan ini membuatnya bisa berkomunikasi dengan kelompok yang lebih beragam tanpa harus teredit hingga terpotong-potong atau tersaring oleh persepsi seseorang.
Kenyataannya tidak semua pertanyaan diajukan melalui email.
Kadang orang mencegat Gates di Bandar udara atau mendesaknya untuk menjawab pertanyaan di pameran-pameran komputer atau anak Sekolah mengirim surat kepadanya.
Seorang mahasiswa baru-baru ini menanyakan satu pertanyaan yang penting untuk dia. Yang ingin diketahuinya bukanlah sesuatu yang sangat filosofis, seperti yang mungkin anda duga misalnya mengenai ekonomi pasar bebas.
Ia hanya ingin tahu, “apakah Gates sudah terlambat terjun ke industri software dan membangun sebuah perusahaan kemudian menjadi kaya?”.
Gates senang mendapat pertanyaan itu dan jawabannya selalu sama, “Inilah saatnya terjun ke bisnis software.”
Gates tidak mengatakan Anda bisa membangun Microsoft lainnya. Tetapi paling tidak Anda bisa mendapatkan omset penjualan dua juta dollar setahun dengan menjual 10.000 kopi produk senilai 200 dolar AS.
Cukup lumayan dan bisa terjadi kapan saja.
Karena Gates ingat bagaimana menariknya memulai sebuah perusahaan software, ia juga menikmati cerita keberhasilan orang lainnya.
Perusahaan software yang kecil selalu perlahan-lahan mulainya.
Perusahaan dimulai seseorang yang memiliki gagasan. Ia, pria atau wanita, mencari beberapa teman yang tahu bagaimana membuat program dan mereka kemudian menelorkan sebuah produk.
Banyak sekali karya kesenian yang mereka lakukan karena mereka peduli dengan pekerjaan itu.
Biasanya mereka membuat produk untuk satu pelanggan dan karena hasilnya memuaskan, mereka segera mendapat pembeli lainnya.
Jika Anda ingin memulai sebuah perusahaan, strategi utamanya temukan lingkungan sosial yang pas.
Lupakan keinginan menciptakan program pengolah kata untuk menulis, atau program spreadsheet untuk menganalisis keuangan, atau produk utama lainnya yang saingannya sudah banyak.
Sebaliknya, ciptakan produk yang bisa menolong penggunanya mengerjakan pekerjaan spesifik atau bisa memberikan informasi praktis dalam bidang seperti obat-obatan, asuransi, akunting, arsitektur atau bidang pemerintahan.
Software seperti itu mendatangkan peruntungan yang kecil-kecilan.
Jika Anda tidak puas dengan peruntungan yang kecil-kecilan itu, Anda harus sampai pada tahapan peralihan generasi. Kali ini mahal dan berisiko.
Setiap beberapa tahun satu generasi teknologi memberikan jalan baru. Ingat munculnya IBM PC di awal tahun 1980-an.
Microsoft bertaruh IBM PC akan menjadi penting. Kemudian Microsoft menciptakan sistem operasi MS-DOS untuk IBM PC.
Hasilnya Microsoft menjadi pelopor dalam software sistem operasi.
Tidak ada yang pernah mendengar mengenai Lotus sampai satu pemikiran cemerlang melaksanakan perubahan generasi menciptakan Lotus 1-2-3 spreadsheet pertama yang dirancang khusus untuk IBM PC.
Apple’s Macintosh dan Microsoft Windows adalah sang pemenang selanjutnya, ketika dunia menginginkan pengolahan grafik dan meninggalkan program lama yang hanya menampilkan teks.
Untuk mendapatkan kemenangan besar, anda pun harus mengkonsentrasikan diri pada perubahan generasi, sesuatu yang diabaikan perusahaan besar. Dan taruhannya mahal sekali.
Baru-baru ini sejumlah wiraswastawan berspekulasi software yang bisa digunakan pemakai komputer dengan cara menulis dengan tangan – bukan lagi menekan pada huruf – akan menjadi generasi baru software pengolah kata ada spreadsheet.
Mereka memulai menciptakan produk baru yang mereka pikir akan memenangkan persaingan. Mereka salah. Suatu spekulasi besar. Apa yang harus saya anjurkan pada seorang mahasiswa yang ingin menjadi wiraswastawan software?
Pelajari untaian sebuah perusahaan yang sudah ada.
Carilah lingkungan sosial anda sendiri.
Berhubunganlah dengan modal ventura.
Temukan orang yang cerdas.
Dan jangan lupakan coke dan pizza.
Percayalah, akan ada banyak pekerjaan di malam yang larut.
Baca Juga Artikel Terkait
Enterpreneurship
- Sejarah Awal Internet Entrepreneur Netpreneur Blog Indonesia
- Memiliki Modal Dasar Dalam Memulai Pengembangan Usaha
- Keuntungan dan Kerugian Menjalankan Usaha Rumah Tangga
- Keuntungan dan Kerugian Memiliki Usaha Sendiri
- Memiliki Modal Dasar Dalam Memulai Pengembangan Usaha
- Memulai dalam Pengembangan Usaha Kecil
- Jurus Tetap Miskin Dalam Hidup
- Seberapa Besar Karakter Entrepreneur Anda
- Perbedaan Entrepreneurship dan Usaha Kecil
- Sukses Berbisnis Tidak Diraih Dengan Instant
- e-Ganesha GeS Peluang Pasti Passive Income Tiap Minggu!!
- Mengungkap Kesuksesan Orang Jepang
- Mengungkap Rahasia Pengusaha Sukses
- Kisah Sukses Purdi E Chandra
- Kisah Sukses Oprah winfrey
- Kisah Sukses Sergey Brin & Larry Page (Google)
- Kisah Sukses Rudi Hartono
- Kisah Sukses Nancy Matthews Edison (1810-1871)
- Kisah Sukses Joanne Kathleen Rowling (Harry Potter)
- Kisah Sukses Farrah Gray - Young and Rich
- Kisah Sukses Mark Zuckerberg (Facebook)
- Kisah Sukses Andrie Wongso
- Kisah Sukses Walt Disney
- Kisah Sukses Sukamdani Sahid G
- Kisah Sukses Surya Paloh
Success Story
- Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke 68 Tahun
- Kisah Sukses Purdi E Chandra
- Kisah Sukses Oprah winfrey
- Kisah Sukses Sergey Brin & Larry Page (Google)
- Kisah Sukses Rudi Hartono
- Kisah Sukses Nancy Matthews Edison (1810-1871)
- Kisah Sukses Joanne Kathleen Rowling (Harry Potter)
- Kisah Sukses Farrah Gray - Young and Rich
- Kisah Sukses Mark Zuckerberg (Facebook)
- Kisah Sukses Andrie Wongso
- Kisah Sukses Walt Disney
- Kisah Sukses Sukamdani Sahid G
- Kisah Sukses Surya Paloh
- Kisah Sukses Steve Jobs
- Kisah Sukses Soichiro Honda
- Kisah Sukses Sam Walton
- Kisah Sukses Raymond Kroc
- Kisah Sukses Puspo Wardoyo
- Kisah Sukses Mooryati Soedibyo
- Kisah Sukses Mochtar Riady
- Kisah Sukses Matsushita Konosuke
- Kisah Sukses Marius "C59" Widyarto
- Kisah Sukses Marimutu Sinivasan
- Kisah Sukses Liem Sioe Liong (Soedono Salim)
- Kisah Sukses Joseph ”Mr. Joger” Theodorus Wulianadi
Tags: Enterpreneurship, Success Story
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tinggalkan Komentar
0 Respones to "Kisah Sukses Bill Gates"
Post a Comment