Header Ads Widget

Ebook GRATIS Bisnis Online dari Nol - Banner Post Ads Uka Fahrurosid

Latest

6/recent/ticker-posts

Perjalanan Inspiratif Uka Fahrurosid: Kisah Sukses Dari Kampung ke Digital

Perjalanan inspiratif Uka Fahrurosid dari kampung terpencil hingga sukses lewat digital marketing. Bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berhasil.

Perjalanan Inspiratif Uka Fahrurosid: Kisah Sukses Dari Kampung ke Digital

Dari Kampung ke Digital

Hidup Bukan Tentang Dari Mana Kita Berasal, Tapi Mau Ke Mana Kita Melangkah

Kalau Anda pernah merasa hidup ini berat banget, kayak bawa karung beras sambil lari naik bukit, mungkin cerita saya bisa jadi teman ngobrol yang pas hari ini.

Saya bukan siapa-siapa. Lahir di kampung kecil, jauh dari kota, hidup seadanya, dan besar di tengah situasi keluarga yang nggak ideal. Orang tua pisah waktu saya masih kecil, jadi harus sering pindah-pindah tinggal. Kadang di rumah ayah, kadang di rumah ibu. Kadang malah merasa nggak punya rumah.

Itu bukan drama TV, tapi kisah nyata saya, Rosid.

Masa kecil saya penuh ketidakpastian. Tapi dari situ saya belajar satu hal penting: kita boleh saja lahir dalam kekurangan, tapi jangan sampai mental kita ikut menyerah.

 

Hidup di Kampung, Tapi Mimpi Nggak Boleh Kecil

Nama saya Uka Fahrurosid. Tapi saya pengen lebih akrab dipanggil Rosid. Asli dari Kp Krakal, sebuah desa di Bojonegara, Serang, Banten. Tempat yang jauh dari gemerlap kota, tapi penuh dengan nilai-nilai hidup sederhana. Kalau Anda nyari Krakal di peta, mungkin perlu zoom sampai mentok. Tapi di sanalah saya tumbuh, belajar banyak hal, dan mulai kenal hidup.

Waktu SD, saya sekolah di Lambang Sari. Lalu lanjut ke pesantren. Pertama di Cibeber, lalu enam tahun di Daar El Qolam, pesantren modern yang cukup terkenal di Banten. Di sana saya belajar bukan cuma agama, mengenal arti kedisiplinan, dan juga kemandirian. Bikin mie sendiri, cuci baju sendiri, sampai harus pinter-pinter nyimpen uang jajan seminggu biar nggak kelaparan hari Kamis.

Liburan pun bukan selalu soal senang-senang. Pernah suatu liburan, kabar duka datang: ayah saya meninggal dunia. Rasanya kayak tanah runtuh di bawah kaki. Sejak saat itu, saya resmi menyandang status yatim. Tapi ya hidup harus jalan terus.

 

Gagal, Ditolak, Tapi Masih Bisa Coba Lagi

Setelah lulus pesantren, saya coba masuk universitas negeri lewat jalur SPMB. Sayangnya gagal. Saya sempat 1 Tahun kuliah di swasta, tapi kakak menginginkan masuk perguruan tinggi negeri. Tahun berikutnya coba lagi dan alhamdulillah keterima di UPI Bandung, jurusan Pendidikan Teknik Mesin.

Masalah selesai? Belum.

Di tahun ketiga kuliah, saya kehilangan ibu karena kanker. Seketika Saya dan adik benar-benar jadi yatim piatu.

Di titik itu, saya sadar: hidup tidak akan menunggu sampai kita siap. Kita harus kuat bahkan saat dunia seakan runtuh di hadapan kita.

 

Modal Niat dan WiFi Gratis

Kuliah di Bandung itu enak sih. Udara adem, teman-teman banyak. Tapi tetap saja dompet nggak otomatis tebal. Saya masih berkutat dengan keterbatasan ekonomi. Untuk makan pun sering harus mikir dua kali.

Tapi justru dari keterbatasan itu saya mulai kenal internet.

Saya mulai kenal dunia digital karena… jujur aja, ngejar WiFi gratisan di kampus. Dari situ saya belajar ngeblog, kenal SEO (waktu itu belum tahu kalau itu bisa jadi jalan rezeki).

Blog pertama saya di Blogspot, dan dari situlah semuanya mulai. Teman saya ajak gabung MLM, dan saya mulai promosiin dari belakang layar: optimasi blog, bikin tulisan muncul di Google. Dan yang bikin saya kaget: dari situ banyak yang daftar lewat blog saya, padahal saya nggak tampil muka sama sekali!

Di situ saya sadar, "Wah… dunia digital ini nggak main-main. Bisa jadi penyambung hidup”.

 

Kerja Kantoran: Mapan Tapi Hampa

Setelah lulus, saya kerja kantoran. Gajinya tetap, lumayan, hidup lebih nyaman. Tapi jujur aja, hati saya rasanya kosong, seperti ada yang hilang, mimpi saya perlahan terkikis. Saya merasa menjalani hidup yang bukan versi terbaik dari diri saya.

Setiap pulang kerja, saya buka laptop lagi. Belajar digital marketing lagi. Nonton video YouTube, baca artikel, ikutan forum. Mimpi yang sempat saya pendam kayak muncul lagi pelan-pelan.

Cuma waktu yang ngomong, "Udah waktunya kamu jalan lagi, Sid".

 

Sempat Coba Jalan Lain: 3 Tahun Berbisnis, Tapi Gagal Total

Setelah kerja kantoran dan kumpulin sedikit demi sedikit dari gaji, saya mulai nyoba buka usaha. Seriusan. Nggak main-main.

Selama total 3 tahun lebih, saya cobain beberapa jenis bisnis:

  1. Reseller produk di sektor HOREKA (hotel, restoran, dan katering)
  2. Dropship produk kesehatan
  3. Usaha kuliner dengan nama Brand sendiri

Modalnya? Semua dari tabungan sendiri. Harapannya jelas: pengen bebas dari tekanan kerja kantoran, pengen punya waktu lebih, dan pastinya… pengen lebih “lega” secara finansial.

Tapi kenyataannya jauh banget dari ekspektasi.

Semua usaha itu satu per satu tumbang. Gagal. Nggak balik modal. Dan yang paling nyesek? Saya nggak cuma kehilangan uang, tapi juga kehilangan rasa percaya diri… dan kehilangan pekerjaan karena kehabisan simpanan buat bertahan.

Beneran ngerasa kayak di titik nol. Bahkan minus.

 

Titik Terendah yang Bikin Saya Melek

Waktu itu saya bener-bener bingung harus gimana. Tabungan habis. Pekerjaan nggak ada. Dan mental saya rontok.

Saya merasa benar-benar mentok, dan nggak tahu harus ngapain.

Dan di situ saya benar-benar diuji. Bukan cuma soal duit, tapi soal mental. Malu, takut, ngerasa nggak berguna.

Tapi justru di titik terendah itu saya belajar melihat hidup dengan cara yang baru. Saya mulai lebih banyak merenung, berdoa, dan menjadi lebih jujur dalam setiap sujud. Saya sering menangis sendirian, merasakan kedekatan yang lebih dalam dengan Tuhan - Allah SWT, kayak anak kecil yang udah nggak tahu lagi harus minta ke siapa.

Saya belajar mengenali siapa yang benar-benar peduli dan tetap ada saat saya bukan siapa-siapa.

Sampai akhirnya saya sadar: saya nggak sendirian, saya masih punya hal yang jauh lebih berharga dari uang, dukungan orang-orang terdekat.

Adik saya, Echy. Waktu saya lagi terpuruk, dia tetap ada. Bahkan dia bantu saya secara finansial saat dia juga dalam kondisi sulit. Dia tetap support dan rela berkorban.

Dan satu lagi: istri saya, Siti. Saya sengaja nggak sesemangat dulu dan nggak buru-buru langsung cari kerjaan baru, untuk menguji: apakah dia akan bertahan saat saya di titik terendah? Dan ternyata dia tetap di samping saya, kuat, sabar, dan setia. Dan saya yakin, perempuan setegar dia itu bukan cuma pasangan, tapi teman sehidup semati.

 

Bangkit Lagi Lewat Laptop Bekas

Saya mulai lagi dari awal. Dari proyek-proyek kecil. Lewat perantara seorang teman, saya diminta untuk membuatkan sebuah website company profile untuk rekan bisnisnya. Saya kerjain. Ada yang minta desain, saya kerjain juga. Meskipun dibayar harga teman, tapi saya anggap itu “investasi balik ke jalan hidup saya”.

Pelan-pelan, saya mulai kembali ke dunia digital marketing dengan lebih serius. Belajar lagi dari nol. Mulai bangun personal branding, nulis konten, bikin eBook, aktif di medsos, dan terus latihan nulis yang bisa ngena di hati orang.

Dan yang paling bikin saya bahagia: sekarang saya bisa bantu orang lain juga. Bantu mereka yang stuck, yang bingung mulai dari mana, yang pengen hidup lebih baik tapi belum tahu jalannya.

Saya sadar, hidup saya nggak harus sempurna buat bisa bermanfaat.

Yang penting terus jalan. Terus belajar. Terus tumbuh.

Saya bukan motivator. Tapi saya percaya satu hal:

“Kalau orang kampung kayak saya aja bisa… Anda juga bisa”.

 

Anda Nggak Butuh Modal Besar, Cuma Butuh Berani Mulai

Jangan nunggu semuanya siap. Jangan nunggu kaya dulu. Internet itu netral. Nggak peduli siapa Anda, dari mana lulusan Anda, atau dimana Anda tinggal. Anda nggak perlu gadget mahal, koneksi orang dalam, gelar luar negeri, atau modal besar untuk sukses di dunia digital. Yang Anda perlukan hanyalah kemauan untuk belajar dan konsistensi, peluang itu selalu ada.

Mulai aja dulu. Buka HP, belajar nulis, bikin konten, atau apapun yang relevan dengan Anda. Jangan takut gagal. Kadang, gagal itu cuma belokan kecil buat ketemu jalan yang lebih pas.

 

Dan siapa tahu, kisah Anda juga bisa jadi inspirasi buat orang lain nanti.

Kalau Anda sampai baca sampai sini, saya cuma mau bilang: terima kasih. Semoga kisah ini bisa jadi penyemangat di hari yang berat. Dan semoga Anda juga berani ambil langkah, sekecil apapun itu.

Karena perubahan besar... sering kali dimulai dari langkah kecil yang Anda ambil hari ini.

Semoga Bermanfaat!

Miliki ebook GRATIS yang akan bantu kamu cuan dari dunia digital.

Dapatkan di Sini!

Follow @ukafahrurosid

Posting Komentar

0 Komentar

Banner Ads 728x90